Aku lahir di Indonesia, dengan terpaksa aku menjadi Warga Negara Indonesia. Aku dibesarkan di negeri yang terus memperbaiki diri: memoles kota dengan gedung-gedung bertingkat, mengubah lahan tanam menjadi pertokoan, dan membiarkan saksi-saksi sejarah lekang oleh zaman.
Ketika Indonesia Berjaya
Indonesia berjaya sejak diproklamirkan oleh Bung Karno, mengenai kemerdekaannya. Berjaya melawan penjajah dan penjajahan, berjaya membebaskan diri dari belenggu koloni. Lalu, sudah merdeka kah? Sudah. Kenyataannya kita sudah merdeka. Kita bebas mengibarkan bendera, bebas menyanyikan lagu Indonesia Raya – yang beberapa waktu lalu sempat gempar karena berbeda versinya. Lalu apa yang dihasilkan dari kemerdekaan itu?
Kemerdekaan Itu Memenjara
Faktanya, setelah merdeka, tetap saja bangsa ini didera masalah demi masalah. Semakin kesini, hutang luar negeri semakin tinggi, angka pengangguran dan PHK kian menjadi, ditambah dengan bencana demi bencana yang seringkali mengiringi. Banyak rakyat yang menderita, sejak lahir ke dunia sudah menanggung hutang negerinya, hanya karena kebijakan yang salah. Dan akhirnya, kemerdekaan itu memenjara.
Moral Yang Perlu Diperbaiki
Yang pertama pelu diperbaiki adalah moral bangsa ini, dan semua tergantung pemimpinnya. Kalau pemimpinnya baik, yang dipimpin pun akan baik, hasilnya akan baik, keadaan pun semestinya membaik.
Pemimpin yang baik, mencontohkan yang baik, bertutur yang baik, berperilaku yang baik, dan mengambil keputusan yang baik. Pemimpin yang baik: tidak mencuri, tidak berkelahi, tidak menjelekkan sana-sini, keputusannya tidak mudah untuk dipengaruhi, dan tidak takut akan intimidasi. Semua yang dilakukan semata-mata karena memikirkan nasib rakyatnya.
Harapan Anak Negeri
Aku berharap negeri ini bisa berkaca pada dunia. Beberapa negara membebaskan biaya pendidikan untuk rakyatnya, sedang negeri ini masih saja ada yang tidak berkesempatan mengenyam pendidikan, buta huruf masih dialami sebagian masyarakat, melek baca serasa masih cita-cita karena betapa mahalnya harga buku untuk dibaca. Fasilitas-fasilitas baca yang disediakan oleh pemerintah hanya bisa dinikmati orang kota. Sekolah-sekolah tak layak sarana pun masih bertebaran dimana-mana.
Aku berharap setiap kebijakan nanti tidak menyengsarakan rakyat. Harga-harga tidak melambung tinggi, pendidikan menjadi prioritas karena berhubungan dengan kualitas generasi, korupsi yang sudah mengakar bisa terus dibasmi, setiap kecurangan ditindak tegasi, hukum tidak mudah untuk dibeli, tingginya pengangguran dapat teratasi, impor dapat dibatasi dan lebih mengunggulkan produk dalam negeri.
Semoga saja semua itu bukan hanya mimpi-mimpi yang tak kunjung terealisasi. Cita-cita ke depan “Para pemimpin mampu membawa bangsa ini menjadi bangsa yang berjaya, bermoral, dan beretika.”
0 komentar:
Posting Komentar