BANDUNG — Dinas Peternakan Provinsi Jawa
Barat mematenkan empat hewan ternak asli Jawa Barat pada 2012 dan 2013,
untuk mencegah aksi pengakuan hak milik seperti yang telah dilakukan
Jepang terhadap ayam pelung baru-baru ini.
Selain ayam pelung, pemerintah Jawa Barat juga mendaftarkan paten domba garut, ayam sentul dan itik rambon, atau itik yang dieram di Cirebon.
Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, Koesmayadi Tatang Padmadinata mengatakan bahwa keunggulan hewan ternak yang dipatenkan sudah teruji memiliki ciri khas dan keunggulan tersendiri. Ayam pelung, misalnya, memiliki suara yang bagus dan bobot yang besar, ujar Koesmayadi.
“Kalau suara sudah tidak ada lagi, [ayam pelung] jadi penghasil daging. Kemudian ayam sentul itu produksi telur ayamnya tinggi, karena punya sifat mengeramnya sudah hampir hilang. Kalau itik cirebon itu, rambon itu, daya produksinya tinggi. Empat (hewan ternak asli) itu sudah dipatenkan,” ujarnya baru-baru ini.
Koesmayadi menambahkan, para peternak seperti peternak domba garut dan ayam pelung di Jawa Barat lebih memilih menggunakan pakan lokal buatan dalam negeri karena selain memiliki kualitas tinggi, pakan lokal juga berserat tinggi. Dengan kualitas yang bagus tersebut, Pemerintah Provinsi Jawa Barat akan terus mengembangkan hewan-hewan asli agar tidak sampai punah, ujarnya.
Seorang peternak ayam pelung, Irfan mengatakan, sejak mendapatkan hak paten, kontes ayam pelung di Indonesia semakin banyak diselenggarakan. Di samping itu, perhatian pemerintah dan masyarakat terhadap keberadaan ayam pelung pun semakin tinggi, ujarnya.
“Setelah dipatenkan frekuensi kontes ayam pelung lebih sering.. Terlihat lebih bersemangat. Selain itu mulai ada simposium-simposium di beberapa universitas. Contohnya di (Universitas) Padjadjaran yang merangkul peternak agar lebih fokus dalam berternak,” ujarnya.
Menurut Irfan, kontes suara ayam pelung merupakan ajang yang cukup bergengsi bagi para penggemar dan peternak ayam pelung. Bahkan, ayam pelung yang juara dalam kontes ini dihargai hingga puluhan juta rupiah karena keistimewaannya tersebut, ungkapnya.
“Di kontes (ayam pelung) ini sendiri ada tiga kategori. Ada kontes suara, kategori penampilan, dan kategori bobot badan. Yang paling bergengsi memang kategori suara, karena untuk harga sendiri bisa tembus sampai Rp 50 jutaan,” ujarnya.
Sentra ayam pelung terdapat di Sukabumi dan Cianjur, sementara ayam sentul terpusat di Ciamis, itik rambon di Cirebon, tentunya, sedangkan domba garut terdapat di Garut dan Bandung. Khusus komoditas domba garut, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat mengandalkan Unit Pelaksana Teknis Dinas atau UPTD Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Domba di Margawati Garut. Tempat ini menjadi pusat penelitian dan pengembangan domba yang tidak dimiliki wilayah lain.
Selain ayam pelung, pemerintah Jawa Barat juga mendaftarkan paten domba garut, ayam sentul dan itik rambon, atau itik yang dieram di Cirebon.
Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, Koesmayadi Tatang Padmadinata mengatakan bahwa keunggulan hewan ternak yang dipatenkan sudah teruji memiliki ciri khas dan keunggulan tersendiri. Ayam pelung, misalnya, memiliki suara yang bagus dan bobot yang besar, ujar Koesmayadi.
“Kalau suara sudah tidak ada lagi, [ayam pelung] jadi penghasil daging. Kemudian ayam sentul itu produksi telur ayamnya tinggi, karena punya sifat mengeramnya sudah hampir hilang. Kalau itik cirebon itu, rambon itu, daya produksinya tinggi. Empat (hewan ternak asli) itu sudah dipatenkan,” ujarnya baru-baru ini.
Koesmayadi menambahkan, para peternak seperti peternak domba garut dan ayam pelung di Jawa Barat lebih memilih menggunakan pakan lokal buatan dalam negeri karena selain memiliki kualitas tinggi, pakan lokal juga berserat tinggi. Dengan kualitas yang bagus tersebut, Pemerintah Provinsi Jawa Barat akan terus mengembangkan hewan-hewan asli agar tidak sampai punah, ujarnya.
Seorang peternak ayam pelung, Irfan mengatakan, sejak mendapatkan hak paten, kontes ayam pelung di Indonesia semakin banyak diselenggarakan. Di samping itu, perhatian pemerintah dan masyarakat terhadap keberadaan ayam pelung pun semakin tinggi, ujarnya.
“Setelah dipatenkan frekuensi kontes ayam pelung lebih sering.. Terlihat lebih bersemangat. Selain itu mulai ada simposium-simposium di beberapa universitas. Contohnya di (Universitas) Padjadjaran yang merangkul peternak agar lebih fokus dalam berternak,” ujarnya.
Menurut Irfan, kontes suara ayam pelung merupakan ajang yang cukup bergengsi bagi para penggemar dan peternak ayam pelung. Bahkan, ayam pelung yang juara dalam kontes ini dihargai hingga puluhan juta rupiah karena keistimewaannya tersebut, ungkapnya.
“Di kontes (ayam pelung) ini sendiri ada tiga kategori. Ada kontes suara, kategori penampilan, dan kategori bobot badan. Yang paling bergengsi memang kategori suara, karena untuk harga sendiri bisa tembus sampai Rp 50 jutaan,” ujarnya.
Sentra ayam pelung terdapat di Sukabumi dan Cianjur, sementara ayam sentul terpusat di Ciamis, itik rambon di Cirebon, tentunya, sedangkan domba garut terdapat di Garut dan Bandung. Khusus komoditas domba garut, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat mengandalkan Unit Pelaksana Teknis Dinas atau UPTD Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Domba di Margawati Garut. Tempat ini menjadi pusat penelitian dan pengembangan domba yang tidak dimiliki wilayah lain.
0 komentar:
Posting Komentar