Dalam lawatan kali ini Presiden SBY akan menghadiri sejumlah agenda internasional di Kamboja dan Pakistan.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bertolak ke Kamboja dan Pakistan untuk sejumlah agenda internasional. Salah satunya adalah pembentukan Komunitas ASEAN, solusi terhadap Laut China Selatan (LCS), dan kerja sama ekonomi dengan negara sahabat.
SBY didampingi oleh Ibu Negara Ani Yudhoyono, berangkat dari Bandara Halim Perdanakusuma pukul 14.00 WIB, Sabtu (17/11). Dalam rangkaian kunjungan ini, SBY beserta delegasi akan menghadiri KTT ASEAN, KTT Asia Timur di Kamboja, serta KTT D8 di Islamabad, Pakistan. KTT ASEAN ke-21 sendiri akan dimulai esok hari, Minggu (18/11).
"Fokus dari pertemuan puncak akan diarahkan pada kesiapan ASEAN untuk menjadi Komunitas ASEAN pada 2015. Sesuatu yang penting dan (jadi) tonggak sejarah bagi ASEAN sejak berdiri (tahun) 1967 yang lalu," ujar SBY, saat memberikan keterangan pers sebelum berangkat.
Dikatakan SBY, para pemimpin ASEAN telah bersepakat bahwa pertemuan puncak berikutnya di Brunei Darussalam dan Myanmar, akan menjadi persiapan untuk menuju Komunitas ASEAN. "Harus betul-betul mempersiapkan segalanya untuk kita menjadi satu komunitas, baik di bidang politik-keamanan, perekonomian, dan kesejahteraan rakyat," kata SBY.
Sementara itu, pada hari Senin, agenda akan dilanjutkan dengan pertemuan ASEAN Plus 3, yaitu negara-negara anggota ASEAN dengan Republik Rakyat China, Jepang, dan Korea Selatan. Selain itu, juga ada pertemuan ASEAN Plus 1 dengan Jepang, China, India, ditambah dengan Selandia Baru dan Australia. Inti dari pertemuan puncak ASEAN Plus itu adalah untuk memperkokoh dan meningkatkan kerja sama ekonomi.
Hari ketiga di Phnom Penh, SBY beserta delegasi Indonesia akan melaksanakan KTT Asia Timur kedua, setelah yang pertama diadakan di Bali. Forum ini akan dihadiri oleh 18 kepala negara. Di sini, SBY meyakini bahwa isu LCS akan menjadi perhatian utama.
"Waktu bertemu di Bali, meskipun sudah mulai mengemuka isu Laut China Selatan, tapi kita bisa membahas dari satu kerangka dan pemikiran yang jernih, dan kemudian dibangun suatu kesepakatan bahwa kita semua ingin menjaga stabilitas, ketertiban dan keamanan di wilayah Laut China Selatan khususnya dan Asia Timur pada umumnya," tuturnya.
Menurut SBY, saat Indonesia menjabat sebagai Ketua ASEAN, Indonesia meletakkan tonggak sejarah, yaitu antara ASEAN dan China bersepakat untuk mempercepat proses dari "Declaration of Conduct" menjadi "Code of Conduct". Hal ini untuk mencegah terjadinya benturan, apalagi benturan militer di kawasan itu.
Namun kini, ada ketegangan baru, yaitu antara China dan Jepang menyangkut sengketa pulau yang mereka klaim bersama. Isu ini pun dipastikan akan menjadi pembahasan saat KTT Asia Timur berlangsung.
"Indonesia akan menempatkan diri pada posisi yang tepat, jernih, dan selalu menjadi bagian dari solusi," ujar SBY, sambil menambahkan bahwa posisi Indonesia akan seperti saat konflik antara Thailand dan Kamboja terjadi.
Lebih jauh, SBY mengaku berharap dalam pembahasan situasi di Laut China Selatan dan Asia Timur, Indonesia bisa berkontribusi untuk memastikan semua pihak memiliki komitmen yang kuat menjaga stabilitas keamanan dan ketertiban kawasan. Apalagi, semua pihak memiliki kepentingan untuk menjaga pertumbuhan ekonomi di saat krisis ekonomi global seperti sekarang ini.
SBY melanjutkan, rombongan lantas akan meneruskan perjalanan ke Islamabad, Pakistan, untuk menghadiri pertemuan puncak KTT D8 (Developing Eight). Pada kesempatan ini, SBY akan bertemu dengan Presiden Pakistan, Asif Ali Zardari, serta PM Pakistan, Raja Pervez Ashraf.
SBY mengatakan, dalam forum ini para negara anggota akan membahas kerja sama ekonomi dan pembangunan. Tidak hanya itu saja, negara-negara yang berpenduduk mayoritas Muslim ini pun akan membahas situasi yang terjadi di Timur Tengah saat ini. Seperti diketahui, Jalur Gaza kembali memanas dengan serangan yang dilakukan Israel yang bentrok dengan kelompok Hamas, Palestina.
Pada kunjungan kerja kali ini, SBY didampingi oleh sejumlah menteri Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II, seperti Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian Hatta Rajasa, Menko Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono, Menteri Pertanian Suswono, Menteri Perindustrian MS Hidayat, dan Sekretaris Kabinet Dipo Alam.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bertolak ke Kamboja dan Pakistan untuk sejumlah agenda internasional. Salah satunya adalah pembentukan Komunitas ASEAN, solusi terhadap Laut China Selatan (LCS), dan kerja sama ekonomi dengan negara sahabat.
SBY didampingi oleh Ibu Negara Ani Yudhoyono, berangkat dari Bandara Halim Perdanakusuma pukul 14.00 WIB, Sabtu (17/11). Dalam rangkaian kunjungan ini, SBY beserta delegasi akan menghadiri KTT ASEAN, KTT Asia Timur di Kamboja, serta KTT D8 di Islamabad, Pakistan. KTT ASEAN ke-21 sendiri akan dimulai esok hari, Minggu (18/11).
"Fokus dari pertemuan puncak akan diarahkan pada kesiapan ASEAN untuk menjadi Komunitas ASEAN pada 2015. Sesuatu yang penting dan (jadi) tonggak sejarah bagi ASEAN sejak berdiri (tahun) 1967 yang lalu," ujar SBY, saat memberikan keterangan pers sebelum berangkat.
Dikatakan SBY, para pemimpin ASEAN telah bersepakat bahwa pertemuan puncak berikutnya di Brunei Darussalam dan Myanmar, akan menjadi persiapan untuk menuju Komunitas ASEAN. "Harus betul-betul mempersiapkan segalanya untuk kita menjadi satu komunitas, baik di bidang politik-keamanan, perekonomian, dan kesejahteraan rakyat," kata SBY.
Sementara itu, pada hari Senin, agenda akan dilanjutkan dengan pertemuan ASEAN Plus 3, yaitu negara-negara anggota ASEAN dengan Republik Rakyat China, Jepang, dan Korea Selatan. Selain itu, juga ada pertemuan ASEAN Plus 1 dengan Jepang, China, India, ditambah dengan Selandia Baru dan Australia. Inti dari pertemuan puncak ASEAN Plus itu adalah untuk memperkokoh dan meningkatkan kerja sama ekonomi.
Hari ketiga di Phnom Penh, SBY beserta delegasi Indonesia akan melaksanakan KTT Asia Timur kedua, setelah yang pertama diadakan di Bali. Forum ini akan dihadiri oleh 18 kepala negara. Di sini, SBY meyakini bahwa isu LCS akan menjadi perhatian utama.
"Waktu bertemu di Bali, meskipun sudah mulai mengemuka isu Laut China Selatan, tapi kita bisa membahas dari satu kerangka dan pemikiran yang jernih, dan kemudian dibangun suatu kesepakatan bahwa kita semua ingin menjaga stabilitas, ketertiban dan keamanan di wilayah Laut China Selatan khususnya dan Asia Timur pada umumnya," tuturnya.
Menurut SBY, saat Indonesia menjabat sebagai Ketua ASEAN, Indonesia meletakkan tonggak sejarah, yaitu antara ASEAN dan China bersepakat untuk mempercepat proses dari "Declaration of Conduct" menjadi "Code of Conduct". Hal ini untuk mencegah terjadinya benturan, apalagi benturan militer di kawasan itu.
Namun kini, ada ketegangan baru, yaitu antara China dan Jepang menyangkut sengketa pulau yang mereka klaim bersama. Isu ini pun dipastikan akan menjadi pembahasan saat KTT Asia Timur berlangsung.
"Indonesia akan menempatkan diri pada posisi yang tepat, jernih, dan selalu menjadi bagian dari solusi," ujar SBY, sambil menambahkan bahwa posisi Indonesia akan seperti saat konflik antara Thailand dan Kamboja terjadi.
Lebih jauh, SBY mengaku berharap dalam pembahasan situasi di Laut China Selatan dan Asia Timur, Indonesia bisa berkontribusi untuk memastikan semua pihak memiliki komitmen yang kuat menjaga stabilitas keamanan dan ketertiban kawasan. Apalagi, semua pihak memiliki kepentingan untuk menjaga pertumbuhan ekonomi di saat krisis ekonomi global seperti sekarang ini.
SBY melanjutkan, rombongan lantas akan meneruskan perjalanan ke Islamabad, Pakistan, untuk menghadiri pertemuan puncak KTT D8 (Developing Eight). Pada kesempatan ini, SBY akan bertemu dengan Presiden Pakistan, Asif Ali Zardari, serta PM Pakistan, Raja Pervez Ashraf.
SBY mengatakan, dalam forum ini para negara anggota akan membahas kerja sama ekonomi dan pembangunan. Tidak hanya itu saja, negara-negara yang berpenduduk mayoritas Muslim ini pun akan membahas situasi yang terjadi di Timur Tengah saat ini. Seperti diketahui, Jalur Gaza kembali memanas dengan serangan yang dilakukan Israel yang bentrok dengan kelompok Hamas, Palestina.
Pada kunjungan kerja kali ini, SBY didampingi oleh sejumlah menteri Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II, seperti Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian Hatta Rajasa, Menko Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono, Menteri Pertanian Suswono, Menteri Perindustrian MS Hidayat, dan Sekretaris Kabinet Dipo Alam.
0 komentar:
Posting Komentar